MI/Chadie
MEMPERKUAT eksistensinya sebagai pemasok lampu otomotif unggulan, Autovision kembali memberi dukungan dalam pembangunan mobil konsep bertenaga listrik kreasi anak bangsa yang dinamai SV-1. Kendaraan sport listrik ini dibuat atas kerjasama antara coachbuilder Signal Kustom, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di dukung Auto Vision serta Alpine yang masing-masing memasok lampu dan perangkat Audio multimedia.
Lewat tangan dingin Andre Mulyadi dari Signal Kustom Bandung, kendaraan ini di re-engineering menjadi kendaraan single seateryang menyodorkan aura futuristis dan hi-tech dengan sosok yang mengingatkan kita pada kendaraan dalam film-film fiksi ilmiah.
Mobil milik Franklin dari Club Connection ini sejatinya adalah Nissan Cefiro yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga sama sekali tidak meninggalkan jejak 'ke-Cefiro-annya'. Bisa dibilang, hanya gearbox saja yang masih setia menggunakan perangkat milik Cefiro.
Mesin bensin asli pun dilengserkan dari tahtanya. Sebagai gantinya, kendaraan konsep ini dijejali 45 unit baterai lithium iron phosphate (LiFePo4) yang dirangkai seri sehingga mampu menyuplai tegangan hingga 144 Volt dengan kapasitas 160 Ah.
Baterai ini dimanfaatkan untuk memasok daya bagi motor listrik DC bertegangan 114 Volt yang mampu berputar hingga 6.500 rpm dengan output sebesar 100 hp dan berkekuatan puntir maksimal hingga 146,43 Nm.
Untuk menyiasati tenaga kendaraan yang tidak terlalu besar untuk ukuran mobil sport konvensional, kendaraan dibuat seringan mungkin tanpa harus mengorbankan kekuatan strukturnya lewat penggunaan pipa tubular dan plat logam yang dikombinasi serat karbon. Alhasi bobotnya pun berkisar 650 - 700 kg.
Sebagai mobil berstatus konsep, SV-1 dibekali velek custom Corr Wheels terbuat dari aluminium forged(aluminium tempa) yang sengaja dipesan langsung dari Amerika. Velek bagian depan memiliki lebar 12 inci dengan ban berdimensi 275/40 R20, sementara bagian belakangnya menggunakan velek selebar 15 inci yang dibalut ban berdimensi 315/35 R20.
Andre Mulyadi mengatakan bahwa timnya mengalami kesulitan untuk mengetahui performa SV-1 mengunakan perangkat dynotest. "Peralatan dynotest yang ada belum bisa mengukur performa kendaraan listrik. Alat tersebut hanya bisa mengukur mesin-mesin konvensional dengan pilihan kalibrasi untuk mesin 4 silinder, inline six, V8, V12 konvensional, tetapi tidak ada pilihan untuk mengukur kendaraan listrik." ungkap Andre.
"Yang bisa diukur hanya kecepatan maksimalnya yang waktu itu bisa mencapai antara 130 hingga 150 km/jam, sedangkan tenaganya tidak bisa terhitung secara benar dan cuma terbaca 12 hp akibat tidak adanya pilihan kalibrasi untuk mesin non konvensional," lanjutnya.
Untuk daya jelajah, Andre mengklaim mobil kreasi timnya ini mampu berjalan sejauh 80 km, sementara untuk mengisi kembali baterainya hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Mengimbangi tampilannya yang futuristis, SV-1 dibekali sistem pencahayaan dari Autovision antara lain model bi-xenon projector lens light untuk lampu utama plus angel eyes berupa cahaya merah yang melingkar di tepi lensa sehingga meningkatkan kesan futuristisnya.
Di bagian belakang, dipasang lampu Autovision jenis DRL (daytime running light). "Aslinya DRL ini berwarna putih. Kami beri sapuan cat candy tone berwarna merah agar bisa difungsikan sebagai lampu kombinasi belakang," tutur Fachrizal Azhar, Manager Marketing CV Sampurna Part Niaga selaku pemasok Autovision di Indonesia.
Untuk meningkatkan aura masa depan, bagian interiornya menggunakan sistem pencahayaan Autovision Microzen LED Flextrip 27 yang disambung menjadi satu. Selain itu, lampu jenis ini juga diinstalasikan untuk menunjang sektor detil bodi kendaraan.
Melengkapi kecanggihan tampilannya, urusan perangkat elektronik dipercayakan pada produk Alpine. Dan karena mobil konsep ini tidak dilengkapi atap, piranti yang digunakan pun dipilih yang kedap air yaitu Alpine Marine Edition sehingga tetap aman meskipun di bawah siraman air hujan.
Boyke selaku Brand Manager Alpine Indonesia memaparkan bahwa sistem audio dan navigasi kendaraan yang instalasinya digarap oleh instalatur Audiopro di Bandung ini menganut aliran yang menggabungkan antara SPL dan SQ yaitu SQL.
"Aliran SQL ini memiliki kekuatan suara yang kuat namun dengan kualitas yang tetap terjaga, tidak seperti aliran SPL yang hanya asal kencang," ujar Boyke. Untuk keperluan itu, Audiopro menggunakan speaker jeniscoaxial 7 inci sebanyak 4 unit yang dikendalikan oleh 1 buah power amplifier Alpine berkekuatan 4 x 100 watt (RMS).
Untuk urusan nada rendahnya, diserahkan kepada 4 buah Subwoofer berukuran 10 inci yang di-drive oleh dua unit power amplifier monoblock yang masing-masing berkekuatan 1 x 600 watt, sehingga total daya yang dihasilkan menjadi 1.200 watt (RMS).
Empat buah monitor dan empat buah kamera juga terpancang yang sengaja difungsikan sebagai display pengontrol audio, pengganti kaca spion serta navigasi satelit. Head Unit-nya sendiri menggunakan Alpine Digital Media Station IXA-W407BT yang sama sekali tidak memiliki perangkat mekanis di dalamnya.
Itu artinya, Head Unit berfitur GPS Touchscreen dan Bluetooth ini hanya memainkan sumber-sumber digital dalam format MP3/AAC/WMA seperti pada iPod, iTouch 2nd gen, iPhone 3G/3GS dan sumber-sumber digital via USB port.
Hmm...Kapan ya kita memiliki mobil listrik yang bisa diproduksi massal?
Lewat tangan dingin Andre Mulyadi dari Signal Kustom Bandung, kendaraan ini di re-engineering menjadi kendaraan single seateryang menyodorkan aura futuristis dan hi-tech dengan sosok yang mengingatkan kita pada kendaraan dalam film-film fiksi ilmiah.
Mobil milik Franklin dari Club Connection ini sejatinya adalah Nissan Cefiro yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga sama sekali tidak meninggalkan jejak 'ke-Cefiro-annya'. Bisa dibilang, hanya gearbox saja yang masih setia menggunakan perangkat milik Cefiro.
Mesin bensin asli pun dilengserkan dari tahtanya. Sebagai gantinya, kendaraan konsep ini dijejali 45 unit baterai lithium iron phosphate (LiFePo4) yang dirangkai seri sehingga mampu menyuplai tegangan hingga 144 Volt dengan kapasitas 160 Ah.
Baterai ini dimanfaatkan untuk memasok daya bagi motor listrik DC bertegangan 114 Volt yang mampu berputar hingga 6.500 rpm dengan output sebesar 100 hp dan berkekuatan puntir maksimal hingga 146,43 Nm.
Untuk menyiasati tenaga kendaraan yang tidak terlalu besar untuk ukuran mobil sport konvensional, kendaraan dibuat seringan mungkin tanpa harus mengorbankan kekuatan strukturnya lewat penggunaan pipa tubular dan plat logam yang dikombinasi serat karbon. Alhasi bobotnya pun berkisar 650 - 700 kg.
Sebagai mobil berstatus konsep, SV-1 dibekali velek custom Corr Wheels terbuat dari aluminium forged(aluminium tempa) yang sengaja dipesan langsung dari Amerika. Velek bagian depan memiliki lebar 12 inci dengan ban berdimensi 275/40 R20, sementara bagian belakangnya menggunakan velek selebar 15 inci yang dibalut ban berdimensi 315/35 R20.
Andre Mulyadi mengatakan bahwa timnya mengalami kesulitan untuk mengetahui performa SV-1 mengunakan perangkat dynotest. "Peralatan dynotest yang ada belum bisa mengukur performa kendaraan listrik. Alat tersebut hanya bisa mengukur mesin-mesin konvensional dengan pilihan kalibrasi untuk mesin 4 silinder, inline six, V8, V12 konvensional, tetapi tidak ada pilihan untuk mengukur kendaraan listrik." ungkap Andre.
"Yang bisa diukur hanya kecepatan maksimalnya yang waktu itu bisa mencapai antara 130 hingga 150 km/jam, sedangkan tenaganya tidak bisa terhitung secara benar dan cuma terbaca 12 hp akibat tidak adanya pilihan kalibrasi untuk mesin non konvensional," lanjutnya.
Untuk daya jelajah, Andre mengklaim mobil kreasi timnya ini mampu berjalan sejauh 80 km, sementara untuk mengisi kembali baterainya hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Mengimbangi tampilannya yang futuristis, SV-1 dibekali sistem pencahayaan dari Autovision antara lain model bi-xenon projector lens light untuk lampu utama plus angel eyes berupa cahaya merah yang melingkar di tepi lensa sehingga meningkatkan kesan futuristisnya.
Di bagian belakang, dipasang lampu Autovision jenis DRL (daytime running light). "Aslinya DRL ini berwarna putih. Kami beri sapuan cat candy tone berwarna merah agar bisa difungsikan sebagai lampu kombinasi belakang," tutur Fachrizal Azhar, Manager Marketing CV Sampurna Part Niaga selaku pemasok Autovision di Indonesia.
Untuk meningkatkan aura masa depan, bagian interiornya menggunakan sistem pencahayaan Autovision Microzen LED Flextrip 27 yang disambung menjadi satu. Selain itu, lampu jenis ini juga diinstalasikan untuk menunjang sektor detil bodi kendaraan.
Melengkapi kecanggihan tampilannya, urusan perangkat elektronik dipercayakan pada produk Alpine. Dan karena mobil konsep ini tidak dilengkapi atap, piranti yang digunakan pun dipilih yang kedap air yaitu Alpine Marine Edition sehingga tetap aman meskipun di bawah siraman air hujan.
Boyke selaku Brand Manager Alpine Indonesia memaparkan bahwa sistem audio dan navigasi kendaraan yang instalasinya digarap oleh instalatur Audiopro di Bandung ini menganut aliran yang menggabungkan antara SPL dan SQ yaitu SQL.
"Aliran SQL ini memiliki kekuatan suara yang kuat namun dengan kualitas yang tetap terjaga, tidak seperti aliran SPL yang hanya asal kencang," ujar Boyke. Untuk keperluan itu, Audiopro menggunakan speaker jeniscoaxial 7 inci sebanyak 4 unit yang dikendalikan oleh 1 buah power amplifier Alpine berkekuatan 4 x 100 watt (RMS).
Untuk urusan nada rendahnya, diserahkan kepada 4 buah Subwoofer berukuran 10 inci yang di-drive oleh dua unit power amplifier monoblock yang masing-masing berkekuatan 1 x 600 watt, sehingga total daya yang dihasilkan menjadi 1.200 watt (RMS).
Empat buah monitor dan empat buah kamera juga terpancang yang sengaja difungsikan sebagai display pengontrol audio, pengganti kaca spion serta navigasi satelit. Head Unit-nya sendiri menggunakan Alpine Digital Media Station IXA-W407BT yang sama sekali tidak memiliki perangkat mekanis di dalamnya.
Itu artinya, Head Unit berfitur GPS Touchscreen dan Bluetooth ini hanya memainkan sumber-sumber digital dalam format MP3/AAC/WMA seperti pada iPod, iTouch 2nd gen, iPhone 3G/3GS dan sumber-sumber digital via USB port.
Hmm...Kapan ya kita memiliki mobil listrik yang bisa diproduksi massal?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar